BANGIL - Korban tewas akibat Banjir Pasuruan Sabtu (9/1) lalu jadi lima orang. Ihya Ulumudin, 20, warga Cemandi, Kersikan, Bangil yang hanyut dan hilang sejak Sabtu lalu, kemarin (14/1) ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
Sekitar pukul 08.15 WIB kemarin jasad Ihya ditemukan mengambang di sungai Kalianak, atasnya perairan Telocor, Jabon Sidoarjo. Saat ditemukan, jasad Ihya tersangkut di pohon. Namun, tidak ada luka serius dalam tubuhnya.
Anak bungsu dari pasangan Abadi, 49 dan Supiah, 46 ini masih menggunakan pakaian utuh. Berkostum coklat matang, berjins biru. Di salah satu telinganya ada bekas tindikan.
Hanya, karena jasad pemuda ini terhitung enam hari lamanya terendam air, kondisinya melepuh dan membusuk. Korban kemudian dibawa ke kamar mayat RSUD Bangil untuk disucikan dan dikafani.
Sehingga, pada saat berada di rumah duka, keluarga korban langsung bisa menyiapkan keranda untuk disalati dan di bawa ke pemakaman. "Kami lega bisa menyelesaikan tugas ini," terang Nanang, salah satu aktivis SAR Mahameru menunjukkan kepuasannya.
Nanang dan tim SAR gabungan lainnya patut lega. Tugasnya mencari lima korban banjir di wilayah Kabupaten Pasuruan akhirnya berhasil. Dua korban adalah warga Pandaan. Kemudian dua korban lainnya warga Bangil. Dan satu korban susulan asal santri Areng-Areng Wonorejo yakni, Lukman Hakim sempat hanyut dan berhasil ditemukan.
Hanya, dari sekian banyak kejadian, jasad Ihya Ulumudin yang paling sulit ditemukan. Enam hari pencarian adalah hari yang melelahkan. Bahkan, beberapa awak tim SAR sempat setengah putus asa.
Beberapa di antaranya, sempat mengusulkan pada Kepala Kesbang Linmas yang juga Sekretaris Satkorlak Soenarto untuk menghentikan pencarian. Soenarto juga melihat upaya maksimal yang sudah dilakukan para awak tim SAR gabungan. Mulai tim Kesbanglinmas, Mahameru, Taruna Siaga Bencana (Tagana), Gatapara, Pol Airud, Marinir, Mapala hingga tim SAR Sampoerna.
"Betul, kemarin baru saya konsep untuk mengirimkan surat ke beberapa daerah. Dan rencananya hari ini (kemarin) saya kirimkan. Tapi, Alhamdulillah nggak jadi saya kirim, karena korban sudah ditemukan," tegas Soenarto, kemarin.
Pihak keluarga juga sudah memastikan jika jasad itu adalah Ihya. "Benar, Bu. Itu anak kita. Sudah ihlaskan Bu ya," terang Abadi, ayah korban sambil mengelus punggung istrinya.
Saat korban di bawa ke rumah duka, kerabat korban, Dwi dan Dian menangis sesenggukan. Dian sempat pingsan setelah jasad Ihya di bawa masuk ke rumah duka. Dian kemudian dibopong warga lainnya untuk ditenangkan.
Suasana kesedihan langsung menyeruak di rumah duka. Puluhan pelayat juga ikut terisak, ketika jasad ini dimasukkan ke keranda mayat. Agar tidak menimbulkan bau tak sedap, salah satu warga sempat membakar kemenyan di sekitar keranda.
Abadi, ayah korban, terlihat begitu tabah. Tidak tampak kesedihan mendalam dari pria berusia 49 tahun ini. Kesedihan itu coba ditahan. Karena hal ini sudah menjadi takdir Sang Khaliq. "Saya dan keluarga sudah ihlas, Mas. Seperti yang saya katakan dulu. Saya lebih senang anak saya ketemu seperti ini. Sehingga, keluarga bisa mengirimkan doa dengan jelas," tegas Abadi.
Sekitar pukul 11.00 WIB, jasad Ihya diantar warga ke pemakaman umum dusun setempat. "Kami tentu akan gelar acara tahlilan. Mulai tujuh hari, 40 hari, 100 hari sampai 1.000 harinya," tegas Abadi. (day/yud)
http://www.jawapos.com
Jumat, 15 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar