Rabu, 13 Januari 2010

Menjala Ikan di Lapangan Bola

MATAHARI baru naik dari ufuk. Sorotnya belum mampu menghangatkan kawasan pantai utara Kec. Bangil dan Kec.Beji yang dingin kebanjiran. Sejauh mata memandang sejumlah desa masih seperti lautan.

Tiga pemuda usia sekolah SLTA tampak mengobok-obok lapangan bola di Desa Kalianyar, Bangil. Mereka bukan bermain bola di lapangan yang terendam air hingga setinggi lutut itu.



Sebuah jala ditebar di sudut lapangan bola. Dua-tiga ekor ikan mujair dan bandeng tampak terjerat jala. ”Lumayan, ikan-ikan dari tambak yang jebol pada lari ke lapangan bola sehingga gampang ditangkap,” ujar Hasan..

Pemuda-pemuda itu bisa tertawa lebar saat jalanya berhasil menjerat ikan. Seolah mereka melupakan rumahnya yang terendam air sejak Sabtu (9/1) malam lalu. Kesedihan mendalam tentu saja dialami warga yang tambaknya jebol.

“Melihat ketinggian air seperti ini, rasanya dua-tiga hari mendatang belum tentu air ini surut,” ujar Sampurno (45), tukang becak warga Desa Kalianyar. Meski susah karena rumahnya tergenang hingga selutut, Sampurno mendapat berkah banjir.

Becaknya laris manis dipesan warga yang ingin bepergian. “Soalnya mobil dan motor banyak yang macet saat melintasi jalan di depan Pasar Kalianyar. Kalau becak anti macet, hanya saja tidak digenjot tetapi didorong,” ujarnya.

Pasar Kalianyar juga berubah menjadi pasar terapung. Meski demikian sejumlah pedagang dan pembeli yang nekat masih bertransaksi di pasar sayur dan ikan itu. “Lha kalau tidak belanja, terus apa yang mau dimakan,” ujar Ny. Fatimah.

Memang sejumlah pedagang memilih menutup kiosnya. “Banyak yang tutup, karena di rumah banjir, di pasar banjir,” ujar seorang pedagang singkong.

Banjir juga mengakibatkan sejumlah sekolah di Kec.Bangil dan Kec. Beji meliburkan siswanya. SD Negeri Kalianyar 1 dan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Anwar Kalianyar di Jl. Bader, sejak Senin meliburkan siswanya. Selasa (12/1) pagi tadi sejumlah sejumlah guru memang tampak terlihat di SD Negeri Kalianyar 1 tetapi tidak ada kegiatan belajar mengajar.

Bangku-bangku tampak ditata di atas meja. Ruangan kelas tampak masih basah sehabis dipel. Sebenarnya Selasa hari ini merupakan hari terakhir ujian semester. Tetapi karena banjir masih menghalangi jalan menuju sekolah, ujian pun ditunda.

Libur dadakan itu menjadi hiburan tersendiri bagi anak-anak. Mereka bermain-main dan berenang di jalan di depan gedung sekolah. "Hari ini sebenarnya ada ujian, tapi gurunya menyuruh libur, tidak tahu sampai kapan. Dari pada menganggur lebih baik main di sekolah," ujar Yono, seorang siswa SD Kalianyar 1.



Mengemis di Jalan

Sebagian warga pun turun ke jalan untuk meminta-minta sumbangan kepada pengguna jalan. “Ayo Mas, nyumbang-nyumbang untuk beli nasi,” ujar seorang anak.

Pengemis dadakan itu muncul dengan membawa kardus bertuliskan “Sumbangan untuk Korban Banjir”. Ada lima titik yang menjadi tempat warga membuka sumbangan. Di antaranya, di Jl. Alun-Alun Kota Bangil, Jl. Untung Suropati, dan kawasan Pesarean Kota Bangil. Meski mereka membuka sumbangan dengan sebuah kardus air mineral, tak membuat arus lalu lintas keluar dari Kota Bangil macet. Arus lalu lintas tetap lancar.

“Uang hasil sumbangan ini akan kami belikan sepatu baru untuk anak. Selain itu untuk membantu orangtua membeli peralatan masak yang rusak dan hilang karena banjir,” ujar Muhammad Aldi (9)

“Lumayan, kemarin kami mendapatkan sumbangan sekitar Rp 500 ribu sehari,” ujar Zulfikar, seorang remaja. Hari ini ia dan sejumlah temannya kembali mencari sumbangan di jalan.

Kawasan Bangil memang paling parah diterjang banjir kiriman dari atas (Pandaan) yang melintasi Kali Kedunglarangan yang membelah kota santri itu.

Banjir tidak hanya mengakibatkan kerugian material, tetapi juga menimbulkan korban jiwa.Sebanyak tiga orang dilaporkan tewas akibat terseret banjir. Selain itu seorang warga juga tewas akibat tersambar petir.

Setelah surut, banjir pun meninggalkan sampah menggunung. Hingga Selasa pagi tadi pembersihan Kota Bangil dan Beji masih terlihat.

Bahkan jembatan di Bangil yang dipenuhi sampah dan batang kayu dan bambu juga dibersihkan. Untuk membersihkan sampah yang menggunung, Pemkab Pasuruan pun menggandeng Balai Besar Brantas Wilayah Surabaya “menyapu” sampah di Kali Kedunglarangan.

Dalam bersih-bersih itu, petugas menurunkan sebuah alat berat berupa crane untuk mengangkat puing-puing dan sampah yang terbawa arus sungai. Sejumlah personel TNI juga dikerahkan membersihkan sampah di badan jalan, gang-gang yang sebelumnya terendam di sepanjang Daerah Aliran Sungai Kedunglarangan di Bangil.

Untuk memudahkan pekerjaan, petugas kepolisian dari Polres Pasuruan menutup akses jalan yang menuju Kabupaten Pasuruan. Pengguna jalan dialihkan menuju ke Desa Kalianyar menuju ke Pasuruan.

"Setelah surutnya banjir yang melanda sejak Sabtu, PR (pekerjaan rumah) kami adalah membersihkan sampah,” ujar Kepala Bakesbanglinmas Kab. Pasuruan, Soenarto.

Selain dilakukan bersih-bersih di sungai, warga Kota Bangil yang menjadi korban banjir juga melakukan hal yang sama. Mereka terlihat sibuk membersihkan perabotan, rumah yang terkena banjir bercampur lumpur.

Hingga Selasa pagi tadi ”parade” jemur kasur, bantal dan perabotan rumah tangga masih terlihat. Pagar atau tembok yang tidak terendam banjir menjadi sasaran tempat penjemuran. Bahkan di pagar jembatan Bangil pun tampak warga menjemur kasur dan kursi sofa.

Air Bersih

Banjir juga mengakibatkan warga kesulitan mendapatkan air bersih.”Air sumur di Kalianyar bercampur dengan air banjir yang keruh tidak bisa diminum,” ujar Sampurno, warga Kalianyar.

Pemkab Pasuruan memasok air bersih itu dengan mobil tangki. Sebagian warga membeli air bersih dalam jeriken. “Satu jeriken air berisi 20 liter saya jual Rp 1.500,” ujar Darmin, penjual air bersih dengan kereta dorong di Kalianyar.

Sulitnya air bersih juga dialami sebagian warga Kota Pasuruan di sepanjang aliran Kali Gembong. Soalnya, sumur-sumur warga juga tercemar air banjir.

Memang genangan air di Kota Pasuruan sudah mulai surut. Tetapi air bersih masih sulit didapat.

Kondisi memprihatinkan juga tampak di wilayah Kelurahan Karangketug. Pemukiman penduduk yang berdekatan dengan bantaran Sungai Welang. Problemnya sama, mereka kekurangan air bersih.

"Air bersih mulai langka. Sumur ikut tergenang, dan kecampuran banjir yang bercampur dengan lumpur. PDAM juga tidak menyala, karena listriknya dimatikan. Kami hanya bisa mengharapkan bantuan dari luar untuk makan dan minum," aku Khoiron, warga setempat.

http://www.surabayapost.co.id

OLEH: IKHSAN MAHMUDI

0 komentar:

Posting Komentar

 

ADS

Pengikut

Fas Warnet

kutubuku


Masukkan Code ini K1-B69D7Y-8
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

© Newspaper Template Copyright by CINTA TULUS | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks